Kepala Dibacok, Perhiasan Dirampas
Akibat aksi perampok itu, Masturi menderita luka pada kepala bagian depan, dan jari kaki kanan. Sedangkan Jumaiyah menderita luka pada hidung dan kepala bagian belakang. Akibat sabetan senjata perampok, tulang hidung perempuan itu patah. "Masing-masing dari kawanan perampok itu membawa celurit," ujar Masturi.
Dalam perampokan itu, tiga ponsel milik korban dan juga gelang emas milik istri korban dirampas oleh kawanan perampok. Kerugian ditaksir sebesar Rp 5 juta.
Menurut Masturi, aksi perampokan ini dilakukan oleh empat orang. Semua pelaku memakai penutup wajah. Kawanan perampok melaksanakan aksinya sekitar pukul 01.30 Minggu dini hari. Saat itu, mereka memasuki rumah Masturi melalui kaca nako di samping kanan rumah. "Kaca nako itu tidak dipecah, melainkan dilepas satu per satu. Sehingga tidak menimbulkan suara," tuturnya.
Kemudian kawanan perampok langsung masuk ke kamar yang ditempati oleh Masturi beserta istrinya. Saat itu, Masturi yang sedang terlelap terkejut ketika dibangunkan dengan paksa oleh para perampok. Wajah Masturi langsung disilaukan oleh sinar dari senter yang dibawa oleh para perampok. Senter itu langsung diarahkan ke wajah Masturi agar dia tidak dapat melihat wajah para perampok. "Dua di antara perampok membuka penutup wajahnya, namun saya tidak dapat melihatnya, karena silau," ujarnya.
Setelah itu, Masturi sempat berteriak meminta pertolongan, namun dia segera dibacok oleh perampok, sehingga kepalanya terluka. Sang istri juga mendapat pukulan saat tidak mau menyerahkan perhiasan yang dipakainya. Saat akan dibacok di bagian perut, Masturi sempat menghindar, dan menangkisnya dengan kaki. Saat itulah kakinya juga ikut terkena bacokan.
Tidak berapa lama, karena mendengar suara Masturi, sang ibu, Jumaiyah, segera keluar kamar karena mengira anaknya berteriak akibat sakit perut. Namun, begitu sampai di kamar anaknya, dia terkejut mendapati empat orang laki-laki yang membawa celurit. Dua orang perampok langsung membekap Jumaiyah dan mendorongnya keluar kamar. Mereka juga sempat membacok Jumaiyah di kepala bagian belakang dan di hidung, sehingga tulang hidungnya patah. Perampok juga mencoba mengambil perhiasan yang sedang dikenakan oleh Jumaiyah. "Namun perhiasannya tidak jadi diambil, karena mereka keburu kabur," ujar Matsuri.
Para perampok segera kabur ketika mendengar suara Khairudin, 30, kakak korban yang tinggal di sebelah rumah korban. Menurut Khairudin, saat itu dia mendengar suara teriakan 'maling' dan suara rebut-ribut dari rumah adiknya. Saat dia keluar rumah dan mencoba mengintip melalui jendela kaca rumah Matsuri, dia terkejut melihat sang ibu sedang dibacok oleh para perampok. Kemudian dia mencoba memecah jendela kaca dengan menubruknya. "Namun, kacanya tidak pecah, sehingga saya kembali pulang ke rumah untuk mengambil alat agar bisa memecah kaca jendela itu. Saat itu semua perampoknya kabur," ujarnya.
Menurut Masturi yang masih sadar meski luka parah, dia sempat melihat tiga orang perampok keluar melalui kaca nako yang telah dilepas, sementara satu perampok kabur melalui pintu belakang kea rah kebun cabai di belakang rumah. Saat itu tidak terdengar suara motor di sekitar rumah Masturi.
Menurut Masturi, warga mulai berdatangan setelah perampok kabur. Warga kemudian mencoba mengejar. Dalam pengejaran itu, warga tidak berhasil menangkap kawanan perampok, namun warga menemukan beberapa barang milik perampok yaitu, sepasang sepatu dan beberapa tali dari karet ban bekas, yang ditinggal di tengah kebun cabai. Saat ini, kasus ini masih dalam tahap penyelidikan aparat Polsek Wongsorejo.
sumber http://www.jawapos.co.id