Garuda Muda Belum Siap Terbang Tinggi?
VIVAnews - Yongki Aribowo melangkah lesu ke luar lapangan di Stadion Gelora Sriwijaya, Palembang. Untuk kedua kalinya Yongki sebagai Kapten timnas U-23 gagal membawa rekan-rekannya meraih kemenangan. Timnas U-23 kalah 1-3 dari Turkmenistan di leg pertama Pra Olimpiade, Rabu 23 Februari 2011.
Itu merupakan hasil buruk kedua buat Yongki cs setelah sebelumnya ditahan imbang Pelita Jaya 1-1 dalam latih tanding pada 5 Februari lalu. Memang hanya berselang empat hari kemudian, Indonesia bisa menebus kekalahan itu dengan melibas Hongkong U-23 4-1 di Olympic Village, Hongkong.
Laga melawan Turkmenistan merupakan pertandingan perdana timnas U-23 di ajang Pra Olimpiade 2012, ajang yang ditargetkan bisa lolos oleh BTN (Badan Tim Nasional).
Kekalahan ini tentu menambah berat beban Yongki cs. Sebab, di leg kedua yang berlangsung 9 Maret nanti di kandang Turkmenistan mereka harus bisa menang lebih dari dua gol untuk bisa melaju ke fase selanjutnya. Apa alasan Riedl untuk kekalahan kali ini?
"Kami memang mengandalkan permainan cepat melalui sayap. Namun, Turkmenistan berhasil mengatasi strategi permainan yang kami terapkan," kilah Riedl dalam jumpa pers usai pertandingan di Gelora Sriwijaya Jakabaring, Palembang, Rabu 23 Februari 2011.
"Okto beberapa kali bermain bagus. Sayap kanan kami kurang berfungsi. Dendi memang bermain bagus, tapi konsentrasinya terpecah untuk menjaga kapten Turkmenistan nomor punggung 7 (Amanov Arslanmyrat)," lanjut Riedl.
Masih Terlalu Muda
Kekalahan ini kembali mendatangkan pertanyaan, cukup siapkah pasukan muda asuhan Riedl untuk terbang tinggi di kancah internasional?
Riedl sebelumnya pernah menyatakan anak asuhnya kali ini merupakan yang termuda yang pernah dia latih. Beberapa diantaranya bahkan belum memiliki teknik yang cukup untuk masuk dalam klub profesional. Sebagian lagi malah tidak memiliki tempat di klub tempat mereka bernaung.
Maka itu Riedl mengusulkan sistem Training Camp (TC) yang memakan waktu panjang dan biaya besar. Meski dianggap sebagian besar pihak sistem ini sudah ketinggalan zaman, solusi ini menjadi jawaban bagi timnas yang kurang disokong sistem liga yang memadai.
Proses pemilihan pemain yang ikut TC dimulai sejak akhir Desember 2010 silam. Lebih dari 90 pemain dipanggil dengan seleksi yang terbagi dalam tiga tahap. Termasuk beberapa pemain berdarah asing atau pemain Indonesia yang bermain di luar negeri.
Terpilihlah 25 pemain plus satu pemain berdarah Indonesia-Belanda Ruben Wuarbanaran yang menanti prosesnya sebagai WNI selesai. Seiring berjalannya TC, pemain berdarah asing bertambah satu lagi dengan masuknya Diego Michiels. Sama seperti Ruben, Diego juga menanti paspornya sebagai WNI selesai diproses.
"Mereka ini pemain termuda yang pernah saya dan [asisten Wolfgang] Pikal latih. Jadi kami tidak berharap terlalu banyak dari mereka. Kami hanya bekerjasama dan mengembangkan mereka," ujar Riedl beberapa waktu lalu.
"Mereka punya masa depan. Banyak dari mereka akan ikut Training Camp di Austria," tambahnya.
Pengembangan yang dimaksud Riedl terlihat dalam TC selama beberapa pekan di Jakarta. Mantan pelatih Vietnam itu memberi pelatihan dasar sepakbola dalam hal passing, dribling, dan set play dasar. Hal yang seharusnya sudah diterima para pemain ini sejak masuk klub profesional.
Ketidakmatangan ini akhirnya terlihat saat timnas U-23 diuji oleh tim sekelas Turkmenistan, dengan 10 pemain yang turun di SEA Games 2010 lalu di Guangzhou, China. Mereka membawa The Green Man, julukan Turkmenistan, lolos dari penyisihan Grup dengan menekuk Vietnam dan menahan imbang Bahrain.
Kekuatan ini akhirnya menumbangkan Indonesia 1-3 di Stadion Gelora Sriwijaya, Rabu malam. Sekaligus menambah keunggulan Turkmenistan dalam rekor pertemuan dengan Indonesia. Di dua pertemuan sebelumnya, Indonesia kalah sekali dan menang sekali atas Turkmenistan. Keduanya di ajang Pra Piala Dunia 2006.
"Tim bermain dengan bagus. Saya tidak ingin menyalahkan pemain saya. Hasil ini memang tidak bagus di kandang, tapi saya tetap memuji keinginan keras pemain saya," kata Riedl.
Kini, tugas Riedl untuk membenahi pasukan mudanya jelang leg kedua melawan Turkmenistan pada 9 Maret nanti. Jika kalah lagi, maka langkah Yongki cs sudah kandas dan tinggal mengharapkan prestasi di SEA Games pada November 2011 nanti.
Itu merupakan hasil buruk kedua buat Yongki cs setelah sebelumnya ditahan imbang Pelita Jaya 1-1 dalam latih tanding pada 5 Februari lalu. Memang hanya berselang empat hari kemudian, Indonesia bisa menebus kekalahan itu dengan melibas Hongkong U-23 4-1 di Olympic Village, Hongkong.
Laga melawan Turkmenistan merupakan pertandingan perdana timnas U-23 di ajang Pra Olimpiade 2012, ajang yang ditargetkan bisa lolos oleh BTN (Badan Tim Nasional).
Kekalahan ini tentu menambah berat beban Yongki cs. Sebab, di leg kedua yang berlangsung 9 Maret nanti di kandang Turkmenistan mereka harus bisa menang lebih dari dua gol untuk bisa melaju ke fase selanjutnya. Apa alasan Riedl untuk kekalahan kali ini?
"Kami memang mengandalkan permainan cepat melalui sayap. Namun, Turkmenistan berhasil mengatasi strategi permainan yang kami terapkan," kilah Riedl dalam jumpa pers usai pertandingan di Gelora Sriwijaya Jakabaring, Palembang, Rabu 23 Februari 2011.
"Okto beberapa kali bermain bagus. Sayap kanan kami kurang berfungsi. Dendi memang bermain bagus, tapi konsentrasinya terpecah untuk menjaga kapten Turkmenistan nomor punggung 7 (Amanov Arslanmyrat)," lanjut Riedl.
Masih Terlalu Muda
Kekalahan ini kembali mendatangkan pertanyaan, cukup siapkah pasukan muda asuhan Riedl untuk terbang tinggi di kancah internasional?
Riedl sebelumnya pernah menyatakan anak asuhnya kali ini merupakan yang termuda yang pernah dia latih. Beberapa diantaranya bahkan belum memiliki teknik yang cukup untuk masuk dalam klub profesional. Sebagian lagi malah tidak memiliki tempat di klub tempat mereka bernaung.
Maka itu Riedl mengusulkan sistem Training Camp (TC) yang memakan waktu panjang dan biaya besar. Meski dianggap sebagian besar pihak sistem ini sudah ketinggalan zaman, solusi ini menjadi jawaban bagi timnas yang kurang disokong sistem liga yang memadai.
Proses pemilihan pemain yang ikut TC dimulai sejak akhir Desember 2010 silam. Lebih dari 90 pemain dipanggil dengan seleksi yang terbagi dalam tiga tahap. Termasuk beberapa pemain berdarah asing atau pemain Indonesia yang bermain di luar negeri.
Terpilihlah 25 pemain plus satu pemain berdarah Indonesia-Belanda Ruben Wuarbanaran yang menanti prosesnya sebagai WNI selesai. Seiring berjalannya TC, pemain berdarah asing bertambah satu lagi dengan masuknya Diego Michiels. Sama seperti Ruben, Diego juga menanti paspornya sebagai WNI selesai diproses.
"Mereka ini pemain termuda yang pernah saya dan [asisten Wolfgang] Pikal latih. Jadi kami tidak berharap terlalu banyak dari mereka. Kami hanya bekerjasama dan mengembangkan mereka," ujar Riedl beberapa waktu lalu.
"Mereka punya masa depan. Banyak dari mereka akan ikut Training Camp di Austria," tambahnya.
Pengembangan yang dimaksud Riedl terlihat dalam TC selama beberapa pekan di Jakarta. Mantan pelatih Vietnam itu memberi pelatihan dasar sepakbola dalam hal passing, dribling, dan set play dasar. Hal yang seharusnya sudah diterima para pemain ini sejak masuk klub profesional.
Ketidakmatangan ini akhirnya terlihat saat timnas U-23 diuji oleh tim sekelas Turkmenistan, dengan 10 pemain yang turun di SEA Games 2010 lalu di Guangzhou, China. Mereka membawa The Green Man, julukan Turkmenistan, lolos dari penyisihan Grup dengan menekuk Vietnam dan menahan imbang Bahrain.
Kekuatan ini akhirnya menumbangkan Indonesia 1-3 di Stadion Gelora Sriwijaya, Rabu malam. Sekaligus menambah keunggulan Turkmenistan dalam rekor pertemuan dengan Indonesia. Di dua pertemuan sebelumnya, Indonesia kalah sekali dan menang sekali atas Turkmenistan. Keduanya di ajang Pra Piala Dunia 2006.
"Tim bermain dengan bagus. Saya tidak ingin menyalahkan pemain saya. Hasil ini memang tidak bagus di kandang, tapi saya tetap memuji keinginan keras pemain saya," kata Riedl.
Kini, tugas Riedl untuk membenahi pasukan mudanya jelang leg kedua melawan Turkmenistan pada 9 Maret nanti. Jika kalah lagi, maka langkah Yongki cs sudah kandas dan tinggal mengharapkan prestasi di SEA Games pada November 2011 nanti.